Cerita di Balik Nyala Traffic Light

Selasa, 18 Agustus 2015
Mungkin saat membahas tentang lampu lalu lintas, yang terlintas di benak kita hanyalah adanya 3 warna. Merah. Kuning (padahal sebenarnya berwarna oranye). Dan satu lagi, Hijau. Yap. Lampu lalu lintas memang hanya menampakkan tiga warna sebagai tiga simbol berbeda. Merah untuk berhenti. Kuning untuk bersiap. Dan Hijau untuk terus melaju. Karena kuning berada di tengah-tengah antara merah dan hijau, maka warna nyala kuning pun memiliki dua arti berbeda. Bisa bersiap untuk melanjutkan perjalanan, namun bisa juga berarti bersiap untuk harus menghentikan langkah.

Sesuai dengan perumpamaan yang telah engkau sampaikan sebelumnya, kehidupan kita pun tak begitu jauh dari filosofi sebuah lampu lalu lintas. Kita baru akan bisa berjalan dengan tenang dan nyaman, jika lampu di depan kita telah menyala hijau. Mungkin kita pernah mengalami saat berhati-hati, memperlambat langkah di lampu kuning yang kita alami bersama. Mungkin itu hanya suatu kebetulan saja. Kebetulan kita sama-sama berada di lampu kuning, namun di area traffic light yang berbeda.

Mengapa bisa seperti itu?

Ya.... mengapa bisa seperti itu? Setelah diresapi beberapa saat, memang hanya alasan itulah yang paling masuk akal. Andai kita berada di traffic light yang sama, tidak mungkin akan menyala dua lampu berwarna berbeda dalam waktu bersamaan. Kalaupun terjadi, itu justru mengindikasikan adanya kerusakan ataupun masalah di sistem nya. Dan pasti itu sangat membahayakan pengguna jalan. Dan alasan kita berada di lampu berbeda, itulah satu-satunya alasan yang dapat menenangkanku, paling tidak untuk saat ini. Sehingga aku bisa meredam keinginanku untuk bisa mengikuti langkah perjalananmu ke depan.

Mengapa bisa seperti itu?

Ya... hanya itu yang bisa kusimpulkan saat ini. Setelah kita berada di lampu kuning disaat yang bersamaan, ternyata setelahnya engkau mendapatkan nyala lampu hijau. Sedangkan aku??? Engkau justru memilihkan nyala lampu merah untukku. Awalnya aku merasa sedih, sakit, kecewa. Itu pasti. Dan aku rasa itu masih manusiawi, karena aku hanyalah seorang manusia biasa yang masih jauh dari ilmu ikhlas. Masih sering mendambakan hal baik yang dimiliki atau diperoleh orang lain. Hingga terkadang belum bisa mensyukuri nikmat yang telah diberikan_Nya kepadaku. Namun setelah memperhatikan di sekitar, ternyata masih banyak orang lain yang senasib denganku. Masih harus menunggu lagi untuk mendapatkan nyala hijau berikutnya. Masih harus bersabar dan bersabar lagi.

Mengapa bisa seperti itu?

Ternyata alasannya sangat sederhana. Yaa karena  kita diberikan jalan yang berbeda. Mungkin pada akhirnya tujuan kita sama, tetapi ada banyak jalan menuju tempat itu. Dan kita bisa memilih dan menentukan jalan yang paling sesuai dengan hati dan keadaan kita. Dan itu jalan yang telah kau pilih. Aku tidak tahu alasan apa yang mendorongmu untuk memilih jalan itu. Dan aku pun akan mencoba menemukan jalan terbaik untukku. Aku yakin, jika kau bisa, aku pun pasti bisa melakukannya. Satu hal yang pasti, jika engkau bahagia dengan jalan itu, maka nikmatilah perjalananmu. Tak lupa kuselipkan doa, semoga perjalananan panjang mu dapat kau lalui dengan lancar tanpa hambatan hingga tujuan terakhirmu. Dan saat ini, entah sampai kapan itu terjadi, aku masih selalu berharap agar kita bisa bertemu disana

Semoga engkau juga masih mengharapkan hal yang sama. mengharapkan bahwa kelak kita berada di satu lampu merah yang sama, untuk kemudian bersama-sama mendapatkan nyala lampu yang hijau. amiinn.....

a Drama Life

Sabtu, 15 Agustus 2015
kalau itu hanya cerita drama, apalagi drama Indonesia, 99% ceritanya sudah hampir dapat dipastikan akan berakhir bahagia (happy ending).

tetapi kalau itu kisah nyata, siapa yang berani mengarahkan alur cerita supaya berakhir bahagia?


pada intinya, mau happy ending ataupun sad ending, keduanya sama-sama berakhir kaan...


mau berakhir bahagia atau sedih, itu hanya merupakan suatu pilihan.


life is look like a drama without skenario. so, let it happen naturally...